Wednesday, April 18, 2007

masjid kutub

Di Masjid Nurd Kamal terletak di pinggir kota modern Norislk, para jamaah sering enggan ke masjid. Selain karena capek, suhunya 50 derajat selsius di bawah nol

Hidayatullah.com--Kakek Mukum Sidikov meninggalkan Norilsk setelah berhasil mempertahankan kelangsung hidupnya dalam kamp kerja paksa yang dibangun diktator Soviet, Yosef Stalin.

Sidikov, pemelihara Masjid paling utara di bumi, mengikuti jejak kakeknya untuk mencari pekerjaan dengan gaji lebih baik di Kutub Utara wilayah Rusia.

Kini, dia memperkirakan kota itu memiliki sekitar 50 ribu Muslim, atau seperempat penduduk wilayah itu yang berjumlah 210 ribu jiwa. Umumnya dari Azerbaijan dan Republik Dagestan Rusia dan bekerja sebagai pedagang atau pekerja bangunan.

Namun, tingat upah yang tidak sebanding dengan kota-kota Rusia lainnya dan sulitnya memasuki Nurislk bagi warga asing, maka sesama Muslim tak lagi mendatangi kota ini, kata Sidikov.

"Penduduknya kian menyusut. Orang-orang meninggalkan kota ini," ujar Sidikov, 40, warga kelahiran Uzbek dan besar di Kyrgizstan.

Masjid Nurd Kamal terletak di pinggir kota modern Norislk, yang suhunya 50 derajat selsius di bawah nol. Angin kutub mendera atap emasnya dan tumpukan salju mengancam dinding batu pirusnya di musim dingin.

"Orang-orang bekerja untuk sesuap nasi. Mereka datang ke sini dan memburuk kesehatan mereka. Setiap detik ada orang sakit," kata Sidikov.

Sebuah kota yang dibangun di atas sebuah area tambang logam terkaya dunia, pabrik peleburan logam pertama Norislk dibangun oleh para tahanan Gulag pada tahun 1930-an, dan kini tiga pabrik mengeluarkan asap tebal yang mengandung belerang ke udara.

Kota ini pada tahun silam dimasukkan sebagai salah satu dari 10 kota paling tercemar di dunia oleh kelompok lingkungan hidup independen, Blacksmith Institut. Perusahaan induknya, Norislk Nickel, telah mengeluarkan banyak dana untuk mengurangi emisi.



Terlalu Capek Untuk Berjamaah

Di Rusia terdapat 20 juta warga Muslim, sekitar 14 persen dari total 140 juta penduduk negeri itu.

Warga Muslim Asia Tengah dan Dagestan umumnya penganut Sunni, sementara lainnya dari Azerbaijan umumnya Syi`ah. Tidak ada permusuhan antara sekte sekte tersebut di Norislk dan Muslim Soviet, tidak termasuk mereka yang rajin menjalankan ajaran Islam.

"Di sana banyak Muslim, tapi hanya segelintir yang mendatangi masjid. Mereka bekerja seharian dan pada malamnya mereka capek," papar Sidikov.

Masjid itu yang dibuka pada 1998 dibangun oleh Mukhtad Bekmeyev, seorang etnik Tartar, dan warga asli Norilsk kini bermukim di kota Laut Hitam, Sichi, sekitar 4.000 km dari tempat itu.

Dia memberi nama masjid itu setelah orang tuanya membiayai pemugarannya pada tahun ini.

Sidikov, yang berambut gundul dan memakai sebuah kopiah berwarna biru, meninggalkan kota Kyrtyz, Osh, untuk mencari kerja. Dia pernah menjalani dinas militer Soviet di Rusia dan tinggal di dua kota Siberia sebelum ia menetap di Norilsk sejak tujuh tahun silam.

Gaji yang relatif tinggi dibanding kawasan lain di negara itu menarik minat para pekerja dari seantero Uni Soviet untuk ke Norilsk ketika usaha pertambangan dan peleburan logam tumbuh.

Sidikov mengatakan gaji rata-rata setiap bulan antara 25.000 - 30.000 roubel (962 dolar - 1.154 dolar) tidak cukup untuk hidup layak.

Bukan hanya warga Muslim yang pergi meninggalkannya, penduduk tetap Norilsk berkurang sekitar 5.000 orang setiap tahun.



Kota Tertutup

Warga non-Rusia, umumnya dari Azerbaijan dan bekas-bekas republik Soviet di Asia Tengah, telah merasakan lebih sulit memasuki Norilsk sejak 2002 setelah larangan perjalanan bagi warga asing diberlakukan.

Mereka ini harus membutuhkan izin khusus untuk mengunjungi Norilsk.

Meski Norilsk Nickel dan mantan pemimpin eksekutif Mikhael Prokhorov telah mengungkapkan rencana menahan para pekerja terlatih kota itu dan menarik wajah-wajah baru, Sidikov mengemukakan tidak ada tindakan khusus telah dilakukan untuk membantu warga Muslim.

Namun warga Muslim Norilsk, katanya, telah berbaur secara baik dengan komunitas luas dan tidak mengalami banyak diskriminasi.

Selama beberapa generasi, sejumlah pendatang dari kawasan Kaukasus Rusia telah memeluk Kristen Ortodoks, kata warga setempat.

Sidikov tetap membuka masjid itu hingga larut malam setiap hari untuk memberi kesempatan bagi mereka yang ingin belajar Al-Quran.

Sekitar 500-600 orang terlihat melakukan shalat Jumat.

"Warga Muslim seharusnya mendatangi masjid setidaknya sekali sepekan. Kita tidak menemukan di sini," kata seorang warga.